
Jakarta (13 Oktober 2025) – Fakultas Ushuluddin Institut Daarul Qur’an (IDAQU) Jakarta kembali menggelar kegiatan akademik bertaraf nasional melalui Seminar Nasional bertajuk “Diseminasi Penelitian Antisemitisme dalam Tafsir dan Hadis (Studi Kritis, Dialog, dan Upaya Preventif)” yang berlangsung pada Senin, 13 Oktober 2025 di Kampus Institut Daarul Qur’an Jakarta.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai perguruan tinggi, antara lain Dr. M. Asgar Muzakki, Lc., M.Ag. dan Dr. Mohamad Mualim, Lc., M.A. dari IDAQU Jakarta, M. Rifian Panigoro, M.A. dari IAIN Gorontalo, serta Dr. Muhammad Shodiq, M.A. dari STAI Sadra Jakarta.
Seminar ini bertujuan untuk memperluas wawasan akademik mahasiswa dan dosen dalam memahami isu-isu kontemporer, khususnya terkait pandangan Islam terhadap antisemitisme melalui pendekatan tafsir dan hadis. Diskusi berlangsung secara ilmiah dengan menekankan pentingnya kajian kritis, dialog lintas keilmuan, serta upaya preventif terhadap munculnya bias atau intoleransi dalam studi keislaman

Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin IDAQU Jakarta, Ida Kurnia Shafa, M.Ag, Lc., M.A., dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini penting untuk menumbuhkan kesadaran akademik di kalangan mahasiswa agar lebih objektif dan kritis dalam memahami isu global dari perspektif keilmuan Islam.
“Melalui seminar ini, kita belajar bahwa Islam adalah agama yang menolak segala bentuk kebencian dan diskriminasi. Kajian tafsir dan hadis harus menjadi sarana untuk memperkuat nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan,” ujar Dr. Mualim.
Di sinilah pentingnya forum ilmiah ini. Kita tidak hanya berdiskusi tentang teks, tetapi juga tentang konteks. Kita tidak hanya membedah ayat dan hadis, tetapi juga membangun dialog — agar tafsir dan hadis dipahami sebagai sumber nilai kemanusiaan dan perdamaian, bukan alat legitimasi prasangka dan permusuhan.

Para narasumber kita hari ini akan mengajak kita menyelami dua khazanah besar dalam Islam:
Pertama, dari perspektif tafsir, bagaimana ulama klasik dan modern menafsirkan ayat-ayat yang sering dikaitkan dengan umat Yahudi dan bagaimana kritik tafsir kontemporer mencoba melampaui paradigma konflik menuju paradigma dialog.
Kedua, dari perspektif hadis, bagaimana kita membaca teks-teks hadis yang tampak kontroversial dengan pendekatan ilmiah, historis, dan etis, sehingga terhindar dari generalisasi dan kebencian berbasis agama.Kedua, dari perspektif hadis, bagaimana kita membaca teks-teks hadis yang tampak kontroversial dengan pendekatan ilmiah, historis, dan etis, sehingga terhindar dari generalisasi dan kebencian berbasis agama.
Melalui seminar ini, kita berharap lahir kesadaran baru bahwa Islam, dengan spirit rahmatan lil ‘alamin, sesungguhnya menolak segala bentuk diskriminasi, termasuk antisemitisme. Sebaliknya, Islam mendorong keadilan, penghormatan terhadap perbedaan, dan dialog antarumat beragama sebagai jalan menuju kedamaian global.